1. Pengertian
Gingiva
Gingiva
merupakan bagian dari jaringan periodontal
yang paling luar. Gingiva sering
sebagai indikator jika jaringan periodontal
terkena penyakit. Hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva, kadang-kadang gingiva juga dapat menggambarkan keadaan
tulang alveolar yang berada dibawahnya. Gingiva
merupakan bagian dari membran mukosa mulut tipe mastikasi yang melekat pada
tulang alveolar serta menutupi dan mengelilingi leher gigi. Pada permukaan
rongga mulut, gingiva meluas dari
puncak marginal gingiva sampai
pertautan mukogingival.
Pertautan antara gingiva merupakan batas antara gingiva dan mukosa mulut lainnya. Mukosa mulut dapat dibedakan dengan mudah dari gingiva, karena warnanya merah gelap, dan permukaan licin atau halus mengkilat (Putri, 2010).
Pertautan antara gingiva merupakan batas antara gingiva dan mukosa mulut lainnya. Mukosa mulut dapat dibedakan dengan mudah dari gingiva, karena warnanya merah gelap, dan permukaan licin atau halus mengkilat (Putri, 2010).
Secara anatomis gingiva dibagai menjadi dua bagian, yaitu gingiva cekat (attached gingiva) dan gingiva tidak cekat (unattached gingiva) yang terdiri atas gingiva bebas (free gingiva) dan marginal gingiva. Unattached gingiva dikenal juga sebagai free gingiva atau marginal gingiva merupakan bagian erat gingiva yang tidak melekat erat pada gigi, mengelilingi daerah leher gigi, membuat lekukan seperti kulit kerang. Unattached gingiva ini mulai dari arah mahkota sampai pertautan sementoemail (Putri, 2010).
2.
Gambaran Klinis Gingiva Normal
Gambaran klinis gingiva dipakai sebagai dasar untuk
mengetahui perubahan patologis yang terjadi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit. Gambaran klinis gingiva normal (Putri, 2010) antara
lain:
a. Warna
Gingiva
Warna gingiva normal umumnya merah jambu (coral pink). Hal ini disebabkan oleh adanya pasokan darah,tebal dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigment. Warna ini bervariasi untuk setiap orang dan erat hubunganya dengan pigmentasi ketanous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu berkulit gelap. Pigmentasi pada gingiva cekat berkisar dari cokelat sampai hitam. Warna pigmentasi pada alveolar lebih merah, karena mukosa alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.
Warna gingiva normal umumnya merah jambu (coral pink). Hal ini disebabkan oleh adanya pasokan darah,tebal dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigment. Warna ini bervariasi untuk setiap orang dan erat hubunganya dengan pigmentasi ketanous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu berkulit gelap. Pigmentasi pada gingiva cekat berkisar dari cokelat sampai hitam. Warna pigmentasi pada alveolar lebih merah, karena mukosa alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.
b. Besar
Gingiva
Besar gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan pasokan darah.
Besar gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan pasokan darah.
c. Kontur
Gingiva
Kontur dan besar gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokasi dan luas area kontak proksimal, dan dimensi embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular. Papila interdental menutupi bagian interdental sehingga tampak lancip.
Kontur dan besar gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokasi dan luas area kontak proksimal, dan dimensi embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular. Papila interdental menutupi bagian interdental sehingga tampak lancip.
d. Konsistensi
Gingiva melekat erat ke struktur di bawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakan dan kenyal.
Gingiva melekat erat ke struktur di bawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakan dan kenyal.
e. Tekstur
Permukaan gingiva cekat berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik-bintik ini disebut stippiling.
Permukaan gingiva cekat berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik-bintik ini disebut stippiling.
3.
Pengertian Peradangan Gingiva
(Gingivitis)
Inflamasi atau peradangan yang mengenai
jaringan lunak di sekitar gigi atau jaringan gingiva disebut gingivitis (Nevil, 2002). Gingivitis adalah akibat proses
peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder.
Faktor primer gingivitis adalah plak,
sedangkan faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor
sistemik. Faktor lokal diantaranya: kebersihan mulut yang buruk, sisa-sisa
makanan, akumulasi plak dan mikroorganisme, sedangkan faktor sistemik, seperti:
faktor genetik, nutrisional, hormonal dan hematologi (Manson & Eley, 1993).
Peradangan gingiva juga merupakan peradangan pada gusi yang ditandai adanya perubahan bentuk dan warna pada gusi, atau peradangan gingiva adalah salah suatu gangguan gigi berupa pembengkakan pada atau radang pada gusi (Besford, 1996).
Peradangan gingiva juga merupakan peradangan pada gusi yang ditandai adanya perubahan bentuk dan warna pada gusi, atau peradangan gingiva adalah salah suatu gangguan gigi berupa pembengkakan pada atau radang pada gusi (Besford, 1996).
4.
Karakteristik Peradangan Gingiva (Gingivitis)
Karakteristik gingivitis menurut Manson & Eley
(1993) adalah sebagai berikut:
1) Perubahan Warna Gingiva
Tanda
klinis dari peradangan gingiva adalah
perubahan warna. Warna gingiva
ditentukan oleh beberapa faktor termasuk jumlah dan ukuran pembuluh darah,
ketebalan epitel, keratinisasi dan pigmen di dalam epitel. Gingiva menjadi memerah ketika vaskularisasi meningkat atau derajat
keratinisasi epitel mengalami reduksi atau menghilang.
Warna
merah atau merah kebiruan akibat proliferasi dan keratinisasi disebabkan adanya
peradangan gingiva kronis. Pembuluh
darah vena akan memberikan kontribusi menjadi warna kebiruan. Perubahan warna gingiva akan memberikan kontribusi pada
proses peradangan. Perubahan warna terjadi pada papila interdental dan margin gingiva yang menyebar pada attached
gingiva.
2) Perubahan
Konsistensi
Kondisi
kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada konsistensi gingiva normal yang kaku dan tegas. Pada
kondisi gingivitis kronis terjadi
perubahan destruktif atau edema dan reparatif atau fibrous secara bersamaan
serta konsistensi gingiva ditentukan
berdasarkan kondisi yang dominan.
3) Perubahan
Klinis dan Histopatologis
Gingivitis terjadi perubahan
histopatologis yang menyebabkan perdarahan gingiva
akibat vasodilatasi, pelebaran kapiler dan penipisan atau ulserasi epitel.
Kondisi tersebut disebabkan karena kapiler melebar yang menjadi lebih dekat ke
permukaan, menipis dan epitelium kurang protektif sehingga dapat menyebabkan
ruptur pada kapiler dan perdarahan gingiva.
4) Perubahan
Tekstur Jaringan Gingiva
Tekstur
permukaan gingiva normal seperti
kulit jeruk yang biasa disebut sebagai stippling. Stippling
terdapat pada daerah subpapila dan terbatas pada attached gingiva secara
dominan, tetapi meluas sampai ke papila interdental.
Tekstur permukaan gingiva ketika terjadi peradangan kronis adalah halus, mengkilap dan kaku yang dihasilkan oleh atropi epitel tergantung pada perubahan eksudatif atau fibrotik. Pertumbuhan gingiva secara berlebih akibat obat dan hiperkeratosis dengan tekstur kasar akan menghasilkan permukaan yang berbentuk nodular pada gingiva.
Tekstur permukaan gingiva ketika terjadi peradangan kronis adalah halus, mengkilap dan kaku yang dihasilkan oleh atropi epitel tergantung pada perubahan eksudatif atau fibrotik. Pertumbuhan gingiva secara berlebih akibat obat dan hiperkeratosis dengan tekstur kasar akan menghasilkan permukaan yang berbentuk nodular pada gingiva.
5) Perubahan
Posisi Gingiva
Adanya
lesi pada gingiva merupakan salah satu gambaran pada gingivitis. Lesi yang paling umum pada mulut merupakan lesi
traumatik seperti lesi akibat kimia, fisik dan termal. Lesi akibat kimia
termasuk karena aspirin, hidrogen peroksida, perak nitrat, fenol dan bahan
endodontik. Lesi karena fisik termasuk tergigit, tindik pada lidah dan cara
menggosok gigi yang salah yang dapat menyebabkan resesi gingiva. Lesi
karena termal dapat berasal dari makanan dan minuman yang panas.
Gambaran umum pada kasus gingivitis akut adalah epitelium yang nekrotik, erosi atau ulserasi dan eritema, sedangkan pada kasus gingivitis kronis terjadi dalam bentuk resesi gingiva.
Gambaran umum pada kasus gingivitis akut adalah epitelium yang nekrotik, erosi atau ulserasi dan eritema, sedangkan pada kasus gingivitis kronis terjadi dalam bentuk resesi gingiva.
6) Perubahan Kontur Gingiva
Perubahan
pada kontur gingiva berhubungan
dengan peradangan gingiva atau gingivitis tetapi perubahan tersebut
dapat juga terjadi pada kondisi yang lain. Peradangan gingiva terjadi resesi ke
apikal menyebabkan celah menjadi lebih lebar dan meluas ke permukaan akar.
5.
Klasifikasi Peradangan Gingiva
(Gingivitis)
a. Peradangan
Gingiva Akut (Gingivitis Akut)
Gambaran kinis pada gingivitis akut adalah adanya
pembengkakkan pada gusi,perubahan
warna gusi menjadi merah terang, terjadi pendarahan saat terkena sentuhan atau
pada saat probing, terasa sakit saat
terkena rangsangan, namun biasanya sakit secara tiba-tiba dan berlangsung lama,
hal ini disebabkan karna adanya plak dan kalkulus yang sangat banyak.
b. Peradangan Gingiva Kronis (Gingivitis Kronis )
Gambaran klinis pada gingivitis kronis adalah adanya
pembengkakkan pada gusi, sakit saat terkena rangsangan, dan terjadi sedikit
perdarahan saat terkena sentuhan atau pada saat probing.
6. Proses Terjadinya Peradangan Gingiva
Menurut Besford (1996), proses
terjadinya peradangan gingiva dimulai dari :
a.
Tahap Pertama
Plak yang terdapat pada gigi
didekat gusi menyebabkan gusi menjadi merah (lebih tua dari merah jambu),
sedikit membengkak mudah berdarah ketika di sikat gigi dan belum timbul rasa sakit (Besford, 1996).
b.
Tahap Kedua
Setelah beberapa bulan atau
beberapa tahun, plak pada gigi dapat
menyebabkan serabut paling atas antara tulang alveolar dan akar gigi
membusuk, dan ini diikuti dengan hilangnya sebagian tulang rahang pada tempat perlekatan. Poket gusi juga
menjadi lebih dalam dengan penurunan tinggi tulang alveolar tersebut. Gusi tetap berwarna merah, bengkak dan mudah
berdarah ketika menyikat gigi. Tetapi juga belum timbul terasa sakit (Besford, 1996).
c.
Tahap Ketiga
Setelah beberapa tahun tanpa
pembersihan plak dan kalkulus yang baik, dapat terjadi tahap ketiga. Saat ini
akan lebih banyak lagi tulang alveolar
yang rusak dan gusi semakin turun, Karena tulang hilang, gigi mulai terasa
sedikit goyang, kemerahan, pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti
sebelumnya, dan sedikit menimbulkan rasa sakit (Besford, 1996).
d.
Tahap Terakhir
Tahap-tahap ini biasanya terjadi
pada usia 40 tahun keatas, tetapi terkadang dapat lebih awal. Tulang disekitar gigi telah mengalami
kerusakan sehingga beberapa gigi menjadi sangat goyang, dan sakit. Pada tahap
ini merupakan suatu akibat gingivitis
yang dibiarkan, sehingga gingivitis
terus berlanjut ketahap paling akut yaitu periodontitis
(Besford, 1996).
7. Tanda-Tanda Peradangan Gingiva (Gingivitis)
Menurut
Pratiwi (2007), ada beberapa
tanda-tanda gingivitis, yaitu :
a.
Berdarah saat menyikat gigi
b.
Mengeluarkan bau mulut pada saat berbicara.
c.
Warna gusi kemerahan dan ada pembengkakkan pada gusi, kadang-kadang berdarah saat disentuh.
d.
Ada keluhan rasa sakit pada gusi saat terkena sentuhan.
e.
Terdapat plak dan karang gigi.
8. Akibat Lanjut Dari Gingivitis
Jika penyakit gingivitis dibiarkan secara terus
menerus tanpa adanya pembersihan karang gigi, maka akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan periodontal yaitu periodontitis, dan hal ini akan
menyebabkan mulut berbau serta gigi mengalami kegoyangan (Besford, 1996).
10. Penanggulangan Gingivitis
Menurut Kannal (2009), dalam upaya
penanggulangan gingivitis mencakup 3
aspek yaitu upaya promotif, preventif dan kuratif, yaitu :
a. Upaya Promotif
1.
Dokter gigi dan perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan gigi.
2.
Memberikan informasi dan pengarahan tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut.
b. Upaya Preventif (pencegahan)
1) Menjaga kesehatan gigi dan mulut.
2) Sikat
gigi merupakan salah satu cara yang semua orang sudah tahu, mungkin juga sudah dilakukan setiap hari. Jadi
yang penting disini adalah pengenalan teknik sikat gigi yang tepat, memotivasi
untuk sikat gigi secara teratur dan pemilihan pasta gigi dengan tepat. Teknik
sikat gigi yang secara horizontal adalah lazim dikenal umum, dan itu merupakan
suatu kesalahan karena dengan cara demikian lambat laun dapat menimbulkan resesi gingiva dan abrasi gigi. Lebih lanjut lagi, penyakit-penyakit periondontal
akan lebih mudah terjadi.
3) Dental floss atau benang gigi merupakan cara yang akhir-akhir ini
mulai banyak diperkenalkan, dan
cukup ampuh untuk membersihkan di sela-sela gigi. Tapi teknik harus dimengerti
dengan tepat karena jika tidak, yang terjadi malah melukai gusi dan membuat
radang.
4) Kontrol ke dokter
gigi secara teratur diperlukan sebagai salah satu upaya preventif, karena merekalah
ahlinya dan terkadang kita sendiri seringkali luput mengamati perubahan pada
gigi dan gusi yang masih kecil. Bagi mereka yang pernah menderita penyakit periodontal disarankan untuk kontrol
secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
c. Upaya Kuratif (pengobatan)
Upaya kuratif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut :
1)
Scaling
merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan kalkulus (karang gigi) adalah deposit
yang terkalsifikasi sehingga merekat keras dan tidak hilang dengan sikat gigi. Kalkulus ini terbagi 2 yaitu supragingiva dan subgingiva. Umumnya kalkulus
supragingiva berlokasi pada sisi bukal dari gigi-gigi molar rahang atas dan
sisi lingual dari gigi-gigi anterior
rahang bawah sedangkan kalkulus
subgingiva itu berwarna hitam.
2)
Kuretase
merupakan tindakan pembersihan periodontal
pocket yang berisi banyak sisa makanan maupun kuman untuk mencegah
peradangan lanjut. Apabila pocket
sedang dalam keadaan akut maka salah satu cara yang dilakukan adalah tindakan kuretase.
3)
Kumur-kumur antiseptic merupakan
bahan aktif yang sering digunakan untuk berkumur dan dijual bebas umumnya
berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti metal salisilat (seperti pada
produk Listerine), sedangkan yang
perlu diresepkan dokter adalah Chlorhexidine
0,20% (seperti pada produk Minosep)
dan H2O2 1,5% atau 3,0%. Kumur-kumur yang lebih murah dan cukup efektif adalah
dengan air garam hangat. Sedangkan kumur-kumur antiseptic yang sering digunakan adalah Chlorhexidine 0.20 %. Kumur-kumur sekurangnya 1 menit sebanyak 10cc
terbukti efektif dalam meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal.
4)
Antibiotik digunakan apabila terbukti
keterlibatan kuman baik secara klinis maupun mikrobiologis, maka antibiotik
mutlak diperlukan. Pada umumnya antibiotik yang digunakan pada
penyakit-penyakit gigi adalah golongan penisilin karena kuman yang sering menjadi
causanya sensitive terhadap golongan ini. Tetapi pada penyakit periodontal terutama yang lanjut, perlu
dipertimbangkan keterlibatan kuman-kuman gram negativ serta anaerob, sehingga dengan demikian
pilihan antibiotik jatuh pada tetrasiklin (sering kali digantikan dengan
golongan aminopenisilin karena berspectrum luas juga) atau metronidazol karena efektivitas terhadap
anaerob. Pemberian dapat berupa per
oral maupun lokal seperti gel, tergantung dari luasnya dan tahap proses
penyakit dan juga dibantu dengan analgetik
- anti inflamasi untuk merdaka gejala simtomatik.
5) Kemudian di bantu konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah sayur untuk mengembalikan kesehatan gusi. Pada akhirnya perlu diingat bahwa penyakit gingivitis adalah kelainan yang berawal dari plak sehingga kunci sukses dalam upaya preventif adalah kontrol plak, tindakan preventif maupun terapi secanggih apapun umumnya akan kurang berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Besford,
John. 1996. Mengenal Gigi Anda, Petunjuk
Bagi Orang Tua Edisi II, Arcan. Jakarta.
Dalimunthe
& Hamzah Saidina, 2008. Periodonsia,
Departemen Periodonsia Fakultas Kedikteran Gigi Universitar Sumatera Utara, Medan.
Kannal,
2009. Pencegahan Penyakit Periodontal.
Jakarta
Manson,
JD & B.M. Eley. 1993. Etiologi
Penyakit Periodontal. Buku Ajar Periodonti (Outline of Periodontics).
Jakarta: Hipokrates.
Nevil, Brad W. 2002. Oral and Maxillofacial Pathology. London : Saunders Company.
Pratiwi,
Donna. 2007. Merawat Gigi Sehari-Hari. Kompas:Jakarta
Putri,
Megananda Hiranya. 2010. Ilmu Pencegahan
Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi. EGC:Jakarta
Rosad.
2008. Gingivitis, Perawatan Kesehatan
Gigi dan Mulut. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar