Kamis, 24 Oktober 2019

PENGERTIAN GINGIVA DAN PERADANGAN GINGIVA

                                      
          

            1.   Pengertian Gingiva
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingiva sering sebagai indikator jika jaringan periodontal terkena penyakit. Hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva, kadang-kadang gingiva juga dapat menggambarkan keadaan tulang alveolar yang berada dibawahnya. Gingiva merupakan bagian dari membran mukosa mulut tipe mastikasi yang melekat pada tulang alveolar serta menutupi dan mengelilingi leher gigi. Pada permukaan rongga mulut, gingiva meluas dari puncak marginal gingiva sampai pertautan mukogingival.
Pertautan antara gingiva merupakan batas antara gingiva dan mukosa mulut lainnya. Mukosa mulut dapat dibedakan dengan mudah dari gingiva, karena warnanya merah gelap, dan permukaan licin atau halus mengkilat (Putri, 2010).

Secara anatomis gingiva dibagai menjadi dua bagian, yaitu gingiva cekat (attached gingiva) dan gingiva tidak cekat (unattached gingiva) yang terdiri atas gingiva bebas (free gingiva) dan marginal gingiva. Unattached gingiva dikenal juga sebagai free gingiva atau marginal gingiva merupakan bagian erat gingiva yang tidak melekat erat pada gigi, mengelilingi daerah leher gigi, membuat lekukan seperti kulit kerang. Unattached gingiva     ini mulai dari arah mahkota sampai pertautan sementoemail (Putri, 2010).
2. Gambaran Klinis Gingiva Normal
Gambaran klinis gingiva dipakai sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang terjadi pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit. Gambaran klinis gingiva normal (Putri, 2010) antara lain:
a.       Warna Gingiva
      Warna gingiva normal umumnya merah jambu (coral pink). Hal ini disebabkan oleh adanya pasokan darah,tebal dan derajat lapisan keratin  epitelium serta sel-sel pigment. Warna ini bervariasi untuk setiap orang dan erat hubunganya dengan pigmentasi ketanous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu berkulit gelap. Pigmentasi pada gingiva cekat berkisar dari cokelat sampai hitam. Warna pigmentasi pada alveolar lebih merah, karena mukosa alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.
b.      Besar Gingiva
      Besar gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan pasokan darah.
c.       Kontur Gingiva
      Kontur dan besar gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokasi dan luas area kontak proksimal, dan dimensi embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular. Papila interdental menutupi bagian interdental sehingga tampak lancip.
d.      Konsistensi
   Gingiva melekat erat ke struktur di bawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakan dan kenyal.
e.       Tekstur
  Permukaan gingiva cekat berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik-bintik ini disebut stippiling.
3.  Pengertian Peradangan Gingiva (Gingivitis)
Inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak di sekitar gigi atau jaringan gingiva disebut gingivitis (Nevil, 2002). Gingivitis adalah akibat proses peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer gingivitis adalah plak, sedangkan faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal diantaranya: kebersihan mulut yang buruk, sisa-sisa makanan, akumulasi plak dan mikroorganisme, sedangkan faktor sistemik, seperti: faktor genetik, nutrisional, hormonal dan hematologi (Manson & Eley, 1993).

Peradangan gingiva  juga merupakan peradangan pada gusi yang ditandai adanya perubahan bentuk dan warna pada gusi, atau peradangan gingiva adalah salah suatu gangguan gigi berupa pembengkakan pada atau radang pada gusi (Besford, 1996).

                    
4.  Karakteristik Peradangan Gingiva (Gingivitis)
     Karakteristik gingivitis menurut Manson & Eley (1993) adalah sebagai berikut:
1)  Perubahan Warna Gingiva
Tanda klinis dari peradangan gingiva adalah perubahan warna. Warna gingiva ditentukan oleh beberapa faktor termasuk jumlah dan ukuran pembuluh darah, ketebalan epitel, keratinisasi dan pigmen di dalam epitel. Gingiva menjadi memerah ketika vaskularisasi meningkat atau derajat keratinisasi epitel mengalami reduksi atau menghilang.
 Warna merah atau merah kebiruan akibat proliferasi dan keratinisasi disebabkan adanya peradangan gingiva kronis. Pembuluh darah vena akan memberikan kontribusi menjadi warna kebiruan. Perubahan warna gingiva akan memberikan kontribusi pada proses peradangan. Perubahan warna terjadi pada papila interdental dan margin gingiva yang menyebar pada attached gingiva.
2)  Perubahan Konsistensi
Kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada konsistensi gingiva normal yang kaku dan tegas. Pada kondisi gingivitis kronis terjadi perubahan destruktif atau edema dan reparatif atau fibrous secara bersamaan serta konsistensi gingiva ditentukan berdasarkan kondisi yang dominan.
3)  Perubahan Klinis dan Histopatologis
Gingivitis terjadi perubahan histopatologis yang menyebabkan perdarahan gingiva akibat vasodilatasi, pelebaran kapiler dan penipisan atau ulserasi epitel. Kondisi tersebut disebabkan karena kapiler melebar yang menjadi lebih dekat ke permukaan, menipis dan epitelium kurang protektif sehingga dapat menyebabkan ruptur pada kapiler dan perdarahan gingiva.
4)  Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva
Tekstur permukaan gingiva normal seperti kulit jeruk yang biasa disebut sebagai stippling. Stippling terdapat pada daerah subpapila dan terbatas pada attached gingiva secara dominan, tetapi meluas sampai ke papila interdental.
 Tekstur permukaan gingiva ketika terjadi peradangan kronis adalah halus, mengkilap dan kaku yang dihasilkan oleh atropi epitel tergantung pada perubahan eksudatif atau fibrotik. Pertumbuhan gingiva secara berlebih akibat obat dan hiperkeratosis dengan tekstur kasar akan menghasilkan permukaan yang berbentuk nodular pada gingiva.
5)  Perubahan Posisi Gingiva
Adanya lesi pada gingiva merupakan salah satu gambaran pada gingivitis. Lesi yang paling umum pada mulut merupakan lesi traumatik seperti lesi akibat kimia, fisik dan termal. Lesi akibat kimia termasuk karena aspirin, hidrogen peroksida, perak nitrat, fenol dan bahan endodontik. Lesi karena fisik termasuk tergigit, tindik pada lidah dan cara menggosok gigi yang salah yang dapat menyebabkan resesi gingiva. Lesi karena termal dapat berasal dari makanan dan minuman yang panas.
Gambaran umum pada kasus gingivitis akut adalah epitelium yang nekrotik, erosi atau ulserasi dan eritema, sedangkan pada kasus gingivitis kronis terjadi dalam bentuk resesi gingiva.
6)  Perubahan Kontur Gingiva
Perubahan pada kontur gingiva berhubungan dengan peradangan gingiva atau gingivitis tetapi perubahan tersebut dapat juga terjadi pada kondisi yang lain. Peradangan gingiva terjadi resesi ke apikal menyebabkan celah menjadi lebih lebar dan meluas ke permukaan akar.
5.  Klasifikasi Peradangan Gingiva (Gingivitis)
Menurut Rosad (2008), Klasifikasi gingivitis berdasarkan keparahannya dibedakan menjadi 2 yaitu :
a.       Peradangan Gingiva Akut (Gingivitis Akut)
Gambaran kinis pada gingivitis akut adalah adanya pembengkakkan pada gusi,perubahan warna gusi menjadi merah terang, terjadi pendarahan saat terkena sentuhan atau pada saat probing, terasa sakit saat terkena rangsangan, namun biasanya sakit secara tiba-tiba dan berlangsung lama, hal ini disebabkan karna adanya plak dan kalkulus yang sangat banyak.
b.    Peradangan Gingiva Kronis (Gingivitis Kronis )
Gambaran klinis pada gingivitis kronis adalah adanya pembengkakkan pada gusi, sakit saat terkena rangsangan, dan terjadi sedikit perdarahan saat terkena sentuhan atau pada saat probing.
6.   Proses Terjadinya Peradangan Gingiva
        Menurut Besford (1996), proses terjadinya peradangan  gingiva dimulai dari :
a.    Tahap Pertama
Plak yang terdapat pada gigi didekat gusi menyebabkan gusi menjadi merah (lebih tua dari merah jambu), sedikit membengkak mudah berdarah ketika di sikat gigi dan belum timbul rasa sakit (Besford, 1996).
b.    Tahap Kedua
         Setelah beberapa bulan atau beberapa tahun, plak  pada gigi dapat menyebabkan serabut paling atas antara tulang alveolar  dan akar gigi membusuk, dan ini diikuti dengan hilangnya sebagian tulang rahang  pada tempat perlekatan. Poket gusi juga menjadi lebih dalam dengan penurunan tinggi tulang alveolar tersebut. Gusi tetap berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah ketika menyikat gigi. Tetapi juga belum timbul terasa sakit (Besford, 1996).
c.    Tahap Ketiga
               Setelah beberapa tahun tanpa pembersihan plak dan kalkulus yang baik, dapat terjadi tahap ketiga. Saat ini akan lebih banyak lagi tulang alveolar yang rusak dan gusi semakin turun, Karena tulang hilang, gigi mulai terasa sedikit goyang, kemerahan, pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti sebelumnya, dan sedikit menimbulkan rasa sakit (Besford, 1996).
d.   Tahap Terakhir
Tahap-tahap ini biasanya terjadi pada usia 40 tahun keatas, tetapi terkadang dapat lebih awal.  Tulang disekitar gigi telah mengalami kerusakan sehingga beberapa gigi menjadi sangat goyang, dan sakit. Pada tahap ini merupakan suatu akibat gingivitis yang dibiarkan, sehingga gingivitis terus berlanjut ketahap paling akut yaitu  periodontitis (Besford, 1996).

  7.  Tanda-Tanda Peradangan Gingiva (Gingivitis)
            Menurut Pratiwi (2007), ada beberapa tanda-tanda gingivitis, yaitu :
a.  Berdarah saat menyikat gigi
b. Mengeluarkan bau mulut pada saat berbicara.
c. Warna gusi kemerahan dan ada pembengkakkan pada gusi, kadang-kadang berdarah saat disentuh.
d. Ada keluhan rasa sakit pada gusi saat terkena sentuhan.
e. Terdapat plak dan karang gigi.

8.  Akibat Lanjut Dari Gingivitis
Jika penyakit gingivitis dibiarkan secara terus menerus tanpa adanya pembersihan karang gigi, maka akan menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal yaitu periodontitis, dan hal ini akan menyebabkan mulut berbau serta gigi mengalami kegoyangan (Besford, 1996).

10.  Penanggulangan Gingivitis                                                                           
Menurut Kannal (2009), dalam upaya penanggulangan gingivitis mencakup 3 aspek yaitu upaya promotif, preventif dan kuratif, yaitu :
a. Upaya Promotif
Upaya promotif dalam penanggulangan gingivitis adalah sebagai berikut:
1. Dokter gigi dan perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan  gigi.
2. Memberikan informasi dan pengarahan tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut.
b. Upaya Preventif (pencegahan)
Upaya preventif dalam penanggulangan gingivitis adalah sebagai berikut :
  1)  Menjaga kesehatan gigi dan mulut.             
  2)  Sikat gigi merupakan salah satu cara yang semua orang sudah tahu, mungkin juga sudah dilakukan setiap hari. Jadi yang penting disini adalah pengenalan teknik sikat gigi yang tepat, memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan pemilihan pasta gigi dengan tepat. Teknik sikat gigi yang secara horizontal adalah lazim dikenal umum, dan itu merupakan suatu kesalahan karena dengan cara demikian lambat laun dapat menimbulkan resesi gingiva dan abrasi gigi. Lebih lanjut lagi, penyakit-penyakit   periondontal akan lebih mudah terjadi.
  3) Dental floss atau benang gigi merupakan cara yang akhir-akhir ini mulai banyak  diperkenalkan, dan cukup ampuh untuk membersihkan di sela-sela gigi. Tapi teknik harus dimengerti dengan tepat karena jika tidak, yang terjadi malah melukai gusi dan membuat radang.
  4) Kontrol ke dokter gigi secara teratur diperlukan sebagai salah satu upaya preventif,  karena merekalah ahlinya dan terkadang kita sendiri seringkali luput mengamati perubahan pada gigi dan gusi yang masih kecil. Bagi mereka yang pernah menderita penyakit periodontal disarankan untuk kontrol secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
c.  Upaya Kuratif (pengobatan)
 Upaya kuratif dalam penanggulangan gingivitis yaitu sebagai berikut :
1)  Scaling merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan kalkulus (karang gigi) adalah deposit yang terkalsifikasi sehingga merekat keras dan tidak hilang dengan sikat gigi. Kalkulus ini terbagi 2 yaitu supragingiva dan subgingiva. Umumnya kalkulus supragingiva berlokasi pada sisi bukal dari gigi-gigi molar rahang atas dan sisi lingual dari gigi-gigi anterior rahang bawah sedangkan kalkulus subgingiva itu berwarna hitam.
2)  Kuretase merupakan tindakan pembersihan periodontal pocket yang berisi banyak sisa makanan maupun kuman untuk mencegah peradangan lanjut. Apabila pocket sedang dalam keadaan akut maka salah satu cara yang dilakukan adalah tindakan kuretase.
3) Kumur-kumur antiseptic merupakan bahan aktif yang sering digunakan untuk berkumur dan dijual bebas umumnya berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti metal salisilat (seperti pada produk Listerine), sedangkan yang perlu diresepkan dokter adalah Chlorhexidine 0,20% (seperti pada produk Minosep) dan H2O2 1,5% atau 3,0%. Kumur-kumur yang lebih murah dan cukup efektif adalah dengan air garam hangat. Sedangkan kumur-kumur antiseptic yang sering digunakan adalah Chlorhexidine 0.20 %. Kumur-kumur sekurangnya 1 menit sebanyak 10cc terbukti efektif dalam meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal.
4)  Antibiotik digunakan apabila terbukti keterlibatan kuman baik secara klinis maupun mikrobiologis, maka antibiotik mutlak diperlukan. Pada umumnya antibiotik yang digunakan pada penyakit-penyakit gigi adalah golongan penisilin karena kuman yang sering menjadi causanya sensitive terhadap golongan ini. Tetapi pada penyakit periodontal terutama yang lanjut, perlu dipertimbangkan keterlibatan kuman-kuman gram negativ serta anaerob, sehingga dengan demikian pilihan antibiotik jatuh pada tetrasiklin (sering kali digantikan dengan golongan aminopenisilin karena berspectrum luas juga) atau metronidazol karena efektivitas terhadap anaerob. Pemberian dapat berupa per oral maupun lokal seperti gel, tergantung dari luasnya dan tahap proses penyakit dan juga dibantu dengan analgetik - anti inflamasi untuk merdaka gejala simtomatik.
5)    Kemudian di bantu konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah sayur untuk mengembalikan kesehatan gusi. Pada akhirnya perlu diingat bahwa penyakit gingivitis adalah kelainan yang berawal dari plak sehingga kunci sukses dalam upaya preventif adalah kontrol plak, tindakan preventif maupun terapi secanggih apapun umumnya akan kurang berhasil.



DAFTAR PUSTAKA

                          
          Besford, John. 1996. Mengenal Gigi Anda, Petunjuk Bagi Orang Tua Edisi II, Arcan. Jakarta.

Dalimunthe & Hamzah Saidina, 2008. Periodonsia, Departemen Periodonsia Fakultas Kedikteran Gigi Universitar Sumatera Utara, Medan.
          Kannal, 2009. Pencegahan Penyakit Periodontal. Jakarta

Manson, JD & B.M. Eley. 1993. Etiologi Penyakit Periodontal. Buku Ajar Periodonti (Outline of Periodontics). Jakarta: Hipokrates. 
          Nevil, Brad W. 2002. Oral and Maxillofacial Pathology. London : Saunders Company.
          Pratiwi, Donna. 2007. Merawat Gigi Sehari-Hari. Kompas:Jakarta
          Putri, Megananda Hiranya. 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi. EGC:Jakarta
           Rosad. 2008. Gingivitis, Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar